Oleh: Ahmad ZR |
medaninside.com, Jakarta – Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, Kamis (27/6) besok jam 12.30 MK akan membacakan putusan perkara sengketa hasil pilpres dalam sidang yang terbuka untuk umum. Seperti sidang-sidang sebelumnya, sidang ini akan disiarkan langsung oleh berbagai stasiun TV.
Ketua Kuasa Hukum 01, Yusril Ihza Mahendra mengatakan, MK adalah lembaga kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari pengaruh siapapun. Ia mengajak semua pihak menjaga kemerdekaan MK agar tidak ada pihak manapun juga yang berusaha untuk mempengaruhi, apalagi menekan MK agar mengikuti kemauannya.
“Sebagai advokat paslon 01, saya mendorong agar MK memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada advokat paslon 02 untuk menguraikan permohonannya, menghadirkan semua alat-alat bukti yang mereka miliki agar mereka dapat membuktikan dalil-dalil permohonan mereka,” kata Yusril, Rabu (26/6).
Yusril menuturkan, Termohon KPU, Pihak Terkait dan Bawaslu juga harus diberikan kesempatan yang sama, agar sidang berjalan fair dan adil. Majelis Hakim akan menilai semua argumen dan kekuatan pembuktian dari semua alat bukti yang dihadirkan agar dapat memutuskan perkara dengan penuh keadilan.
“Apapun putusan MK harus diterima oleh para pihak yang dengan jiwa besar. Begitu juga sikap para pendukungnya,” ujarnya.
Yusril menjelaskan, putusan MK adalah final dan mengikat, tidak ada upaya hukum lagi. Setiap sesuatu harus ada akhirnya, maka putusan MK adalah upaya terakhir menyelesaikan perselisihan.
“Setelah Putusan MK besok, para pihak yang bersengketa, termasuk pendukung masing-masing wajib melakukan rekonsiliasi. Sebagai bangsa yang besar, kita wajib melihat ke depan dan melupakan konflik internal untuk sebuah tujuan yang lebih besar, kemajuan bangsa dan negara,” tuturnya.
Ia mengingatkan bahwa perbedaan kepentingan selamanya akan ada. Namun, rakyat Indonesia harus mampu mengelola perbedaan itu secara elegan agar bermuara pada maslahat dan kebaikan, bukan kerusakan apalagi kehancuran.
“Saya mengajak warga bangsa untuk mengedepankan kejernihan berfikir, meningkatkan daya kritis dan bersikap saling menghargai. Jauhkan diri dari sikap emosional berlebihan, mudah menerima sesuatu tanpa bertanya dan melihat orang yang berbeda sebagai musuh yg harus dilawan,” ujarnya.
“Kita adalah bangsa yang besar dan majemuk. Bangsa kita memiliki budaya yang luhur dan saling menghargai antar sesama. Lihat bangsa-bangsa lain yang dilanda konflik dan perang saudara,” kata dia.
Ia juga mengajak seluruh elemen mengedepankan akhlaqul karimah dan menggunakan bahasa yang baik. Mengutip bahasa kata Raja Ali Haji bin Raja Ahmad, seorang pujangga Melayu peletak dasar Bahasa Melayu Modern, menunjukkan bangsa, bahasa yang baik menunjukkan bangsa yang baik, bahasa yang buruk menjukkan bangsa yang buruk pula.
Termasuk, jelas Yusril, mentalitas bangsa harus mampu bertahan terhadap perubahan zaman. Kini ada media sosial yang tiap orang dapat menulis apa saja yg dia mau.
“Tiap hari orang akan menerima informasi yang datang dari mana saja, terkadang tanpa dia tahu dari mana asalnya dan siapa yang menulisnya,” ucap dia.
Maka itu, tidak boleh menelan mentah-mentah semua informasi. Seperti dikatakan Alquran jika ada orang fasik membawa berita, jangan dipercaya begitu saja.
“Cek dulu kebenarannya agar tidak tercipta permusuhan di antara kita,” beber Yusril. (Far/EPJ)