Oleh: Herry M Joesoef
medaninside.com, Jakarta – Ketua Umum Habib Rizieq Shihab Center, Abdul Chair Ramadhan, mengatakan bahwa Imam besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab tidak bisa pulang ke tanah air karena adanya operasi senyap cekal. Ia merujuk kepada pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD pada 10 November lalu.
“Awalnya menyebutkan antara cekal HRS oleh otoritas Kerajaan Saudi Arabia (KSA) dengan eksistensi Negara RI terdapat pertemuan. Secara tersirat HRS (Habib Rizieq Shihab) diposisikan sebagai ancaman terhadap eksistensi negara,” katanya.
Ramadhan melihat adanya kontradiktif karena Rizieq Shihab tidak ada perkara hukum yang terkait dengan eksistensi Negara RI.
“Penangkalan terhadap dirinya tidak mungkin dilakukan oleh Imigrasi dan Kepolisian RI,” katanya.
“Tetapi faktanya, HRS dicegah keluar dari Arab Saudi atas permintaan pihak tertentu dari Indonesia. Atas dasar itulah otoritas Saudi melarang HRS untuk meninggalkan Arab Saudi dengan alasan keamanan,” lanjutnya.
Apa yang dialami oleh HRS, menurut Ramadhan adanya keterhubungan antara kepentingan politik dan intelijen negara. Adapun model interaksi intelijen negara mengarah kepada ‘Intelijen politik’.
“Tipe intelijen politik diarahkan kepada lawan-lawan politik rezim yang berkuasa,” paparnya.
Menurut Ramadhan, dalam perspektif politik kekuasaan, terdapat dua model yang lazim diterapkan. Yakni perangkulan dan penggalangan. Model ini, menurut Ramadhan, lazim dilakukan oleh intelijen Negara.
“Apabila perangkulan atau penggalangan tidak berhasil, maka model lainnya adalah penumbangan atau pembatasan. HRS tidak dapat dirangkul atau digalang. Oleh karena itu harus ditumbangkan (dibatasi ruang geraknya),” ujarnya.
Hal tersebut, masih kata Ramadhan, bisa ditelusuri dari kasus penodaan agama yang dilakukan oleh Ahok pada 2016. Pasca penodaan agama itu, menurut Ramadhan, berbagai tawaran disampaikan. Seperti sejumlah uang yang sangat fantastis berjumlah satu trilyun dan lain-lainya yang mana semuanya ditolak mentah-mentah oleh HRS.
“Oleh karena upaya perangkulan gagal, maka dilakukan operasi senyap melalui tangan-tangan gelap hingga terbitnya pencegahan terhadap HRS untuk keluar dari Saudi Arabia guna kembali ke tanah air” ujarnya. (HMJ)