Oleh: Farida Noris
medaninside.com, Tapanuli Tengah- Kota Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara diketahui merupakan pusat peradaban Islam tertua di Nusantara. Literatur sejarah banyak menyebutkan bahwa agama Islam di Indonesia pertama kali masuk lewat Barus.
Bahkan banyak ditemukan makam tua di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, pada abad ke-7. Di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi atau 48 Hijriyah, menguatkan adanya komunitas Muslim pada masa itu.
Tak hanya itu, Barus juga banyak menyimpan benda kuno bersejarah. Salah seorang sejarawan Melayu di Sumut, Ichwan Azhari berhasil menemukan benda peninggalan kuno dari kota bertuah itu. Temuan itu berupa Mushaf Alquran Kuno asal Ulama Barus dan Kalender Bambu Beraksara Batak.
Dosen Universitas Negeri Medan (Unimed) ini lantas mengunggah temuannya lewat facebook. Penemuan itu menghebohkan dunia maya. Benda kuno itu rencananya akan dipamerkan di Museum Sejarah Alquran.
“Akan dipamerkan di Museum Sejarah Alquran Sumatera Utara Pada 21-22 September 2019,” kata Ichwan, Kamis (19/9).
Barus yang merupakan tempat di mana Presiden Jokowi meletakkan Tugu Titik Nol Peradaban Islam itu, selama ini belum ditemukan manuskrip, termasuk Alquran kuno sezaman dengan nisan-nisan yang ada di Barus.
“Barus hanya negeri nisan, jejak Islam lainnya tidak ada, juga belum ditemukan jejak rumah ibadah, semisal masjid yang sezaman nisan abad 13,” ujarnya.
Menurutnya, jejak Islam seakan hanya nisan yang membisu kesepian. Artefak Islam lainnya, kecuali stempel beraksara Arab temuan arkeologis Arkenas Jakarta, belum ditemukan. Ichwan mengaku berulangkali dalam rentang tahun yang panjang ke Barus.
“Saya keluar juga masuk kampung mencari manuskrip Alquran kuno. Saya juga bertanya sana sini termasuk lewat medsos, juga bertanya pada budayawan setempat. Nihil. Padahal para ulama yang nisannya bertabur di Barus pastilah menggunakan Alquran tulisan tangan pada zamannya. Kemana manuskrip manuskrip sebagai saksi sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Barus itu?”, ungkapnya.
Pada 12 September 2019 Ichwan mengaku dipertemukan dengan Manuskrip Alquran tulisan tangan asal Barus.
“Alhamdulillah, temuan kadang didapat di tempat yang tidak diduga,” urai Ichwan.
Menurut Ichwan, Manuskrip ini memiliki iluminasi yang indah, memiliki kolofon walaupun tidak lengkap, juga memiliki tanda air atau watermark. Manuskrip ini, merupakan warisan seorang ulama Islam Batak asal Manduamas yang sudah meninggal, dan kini dipegang oleh ahli warisnya, bersama peninggalan peninggalannya yang lain, juga terdapat berbagai kalender dan peralatan ritual terbuat dari bambu beraksara Batak.
“Tim ahli manuskrip kuno kami sedang mengkaji berbagai aspek temuan ini. Bagi yang berminat menyaksikan dan mendengar diskusi tentang manuskrip ini silakan datang tanggal 21-22 September 2019 dalam rangka peresmian Museum Sejarah Alquran Sumatera Utara, Gedung Serbaguna Pemprov Sumut Jalan Williem Iskandar Medan,” tutupnya. (Far)